Kita berdiri di Yerusalem hari ini.
Penduduk yang berjumlah sekitar 100.000 jiwa saat itu bertambah dua kali lipat. Karena banyak peziarah yang datang ke Bait Allah pada masa-masa Paskah itu. Penginapan penuh. Keluarga-keluarga berdatangan dari wilayah lain. Hiruk pikuk para pedagang juga memenuhi kota Yerusalem. Mereka menjual berbagai barang yang dibutuhkan untuk kurban. Pegawai kekaisaran Romawi juga didatangkan untuk berjaga-jaga selama perayaan Paskah. Para penukar uang dan pedagang ternak menawarkan dagangannya kepada orang-orang yang datang ke Bait Suci. Para imam-imam memeriksa ternak yang dibawa jemaah apakah sudah layak untuk dikorbankan atau belum. Ibu-ibu rumah tangga melakukan barter bumbu-bumbu yang akan digunakan untuk menyiapkan perjamuan Paskah. Kepala rumah tangga mencari sanak saudara dan teman untuk bergabung makan malam bersama, karena anak domba Paskah harus dimakan dan dihabiskan dalam semalam.
Semua orang kelihatan bersukacita. Di setiap rumah sudah tertambat seekor anak domba yang akan dikurbankan, empat hari sebelum hari Jumat Paskah nanti. Anak domba yang sudah lulus pemeriksaan para imam dari suku Lewi. Anak domba yang tidak bercacat sama sekali, tidak timpang, tidak buta, tidak luka atau bahkan kudisan. Pagi hari Paskah, para imam sudah mempersiapkan diri untuk menerima semua jemaah yang akan mempersembahkan korban Paskahnya. Kepala keluarga datang berbondong-bondong menuntun anak domba Paskahnya. Halaman luar Bait Allah telah penuh. Pada jam 3 sore itu imam-imam Lewi meniup sangkakala(shofroth=sofar) tanda pengorbanan dimulai. Tiap kepala keluarga segera menyembelih anak domba yang sudah dipelihara selama empat hari sebagai binatang peliharaan kesayangan. Para imam berjejer menampung darah anak domba yang disembelih itu. Sementara yang lain menaikkan mazmur pujian kepada Allah. Dan ketika sudah selesai disembelih, para kepala keluarga memanggul anak domba itu untuk segera diolah. Setiap orang sangat menantikan untuk menikmati pesona kudus di malam penyelamatan ini.
Malam harinya semua orang dalam keluarga sudah berkumpul di meja makan masing-masing. Anak tertua dari keluarga itu akan bertanya, 'Mengapa malam ini berbeda dengan malam-malam sebelumnya?" Dan ayahnya akan menjawab dengan petikan Alkitab yang mengisahkan pembebasan ajaib orang Ibrani keluar dari Mesir yang dilakukan Allah. Ia juga akan menyanyikan Mazmur (Hallal) dari Mazmur 115-118. Semua tamupun mengikutinya. Hari raya tersebut diakhiri dengan sebuah doa bagi keselamatan.
Di tempat lain, ada satu Pribadi yang sedang bergumul dengan peluh yang mengandung darah yang keluar sebesar biji-biji jagung. Di tengah pergolakan dalam hatiNya kepada Bapa, jika sekiranya Dia bisa menghindarkan cawan penderitaan yang akan segera dijalaniNya. Tapi akhirnya Dia menyerah pasrah kepada kehendak Allah Bapa yang sudah mengutusNya untuk menjalani hal yang sangat menyakitkan ini. "Bukan kehendakKu tetapi KehendakMu lah yang jadi," kataNya. Sebagaimana anak domba Paskah yang ditempatkan di depan umum selama empat hari, Yesuspun berdiri di hadapan bangsa Israel di Bait Allah selama empat hari sebelum Paskah, diperiksa oleh orang-orang Farisi. Dia diperiksa oleh para imam-imam kepala, tua-tua, Pilatus bahkan Herodes. Semua mereka yang memeriksa Dia, mendapati bahwa Ia tidak bersalah. Pilatus, pegawai kekaisaran Roma berteriak demikian, "Aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya." Pilatus bahkan mencuci tangannya tanda ia tak terlibat atau bersalah.
Mulai jam 12.00 siang hari penyaliban itu, langit sudah mulai gelap. Seluruh bumi dan alam semesta tampak berkabung. Bapa di Surga juga turut berkabung, melihat penderitaan AnakNya yang tergantung di kayu salib. Pada jam 3 sore itu, saat shofar ditiup, saat kepala keluarga menyembelih anak dombanya masing-masing, Bapa di surga pun mengorbankan Anaknya Yang Tunggal. Bahkan darah setetespun tidak tertinggal di tubuh Yesus pada saat kematianNya. Semua darah itu, menetes di setiap sudut Yerusalem.
Sampai di sini saya menjadi tidak tahan. Sepertinya saya sedang mengalami kejadian itu. Saat aku menuliskan pesan ini, langit juga agak gelap hujan yang sangat deras turun dan petir, guntur sambung menyambung. Aku menjerit. Aku menangis. O..betapa mahalnya harga yang Kau bayar bagiku Yesusku. Betapa besar pengorbananMu. Kau menebusku dengan Darah yang mahal. Oleh kuasa DarahMu kini aku disembuhkan, aku dipulihkan, aku diperdamaikan, aku diampuni dan diselamatkan dari kutuk dosa dan maut.
SOURCES
1. Alkitab.
2. Kemuliaan-Nya Dinyatakan. Sebuah Renungan. by. John Hagee.
Penduduk yang berjumlah sekitar 100.000 jiwa saat itu bertambah dua kali lipat. Karena banyak peziarah yang datang ke Bait Allah pada masa-masa Paskah itu. Penginapan penuh. Keluarga-keluarga berdatangan dari wilayah lain. Hiruk pikuk para pedagang juga memenuhi kota Yerusalem. Mereka menjual berbagai barang yang dibutuhkan untuk kurban. Pegawai kekaisaran Romawi juga didatangkan untuk berjaga-jaga selama perayaan Paskah. Para penukar uang dan pedagang ternak menawarkan dagangannya kepada orang-orang yang datang ke Bait Suci. Para imam-imam memeriksa ternak yang dibawa jemaah apakah sudah layak untuk dikorbankan atau belum. Ibu-ibu rumah tangga melakukan barter bumbu-bumbu yang akan digunakan untuk menyiapkan perjamuan Paskah. Kepala rumah tangga mencari sanak saudara dan teman untuk bergabung makan malam bersama, karena anak domba Paskah harus dimakan dan dihabiskan dalam semalam.
Semua orang kelihatan bersukacita. Di setiap rumah sudah tertambat seekor anak domba yang akan dikurbankan, empat hari sebelum hari Jumat Paskah nanti. Anak domba yang sudah lulus pemeriksaan para imam dari suku Lewi. Anak domba yang tidak bercacat sama sekali, tidak timpang, tidak buta, tidak luka atau bahkan kudisan. Pagi hari Paskah, para imam sudah mempersiapkan diri untuk menerima semua jemaah yang akan mempersembahkan korban Paskahnya. Kepala keluarga datang berbondong-bondong menuntun anak domba Paskahnya. Halaman luar Bait Allah telah penuh. Pada jam 3 sore itu imam-imam Lewi meniup sangkakala(shofroth=sofar) tanda pengorbanan dimulai. Tiap kepala keluarga segera menyembelih anak domba yang sudah dipelihara selama empat hari sebagai binatang peliharaan kesayangan. Para imam berjejer menampung darah anak domba yang disembelih itu. Sementara yang lain menaikkan mazmur pujian kepada Allah. Dan ketika sudah selesai disembelih, para kepala keluarga memanggul anak domba itu untuk segera diolah. Setiap orang sangat menantikan untuk menikmati pesona kudus di malam penyelamatan ini.
Malam harinya semua orang dalam keluarga sudah berkumpul di meja makan masing-masing. Anak tertua dari keluarga itu akan bertanya, 'Mengapa malam ini berbeda dengan malam-malam sebelumnya?" Dan ayahnya akan menjawab dengan petikan Alkitab yang mengisahkan pembebasan ajaib orang Ibrani keluar dari Mesir yang dilakukan Allah. Ia juga akan menyanyikan Mazmur (Hallal) dari Mazmur 115-118. Semua tamupun mengikutinya. Hari raya tersebut diakhiri dengan sebuah doa bagi keselamatan.
Di tempat lain, ada satu Pribadi yang sedang bergumul dengan peluh yang mengandung darah yang keluar sebesar biji-biji jagung. Di tengah pergolakan dalam hatiNya kepada Bapa, jika sekiranya Dia bisa menghindarkan cawan penderitaan yang akan segera dijalaniNya. Tapi akhirnya Dia menyerah pasrah kepada kehendak Allah Bapa yang sudah mengutusNya untuk menjalani hal yang sangat menyakitkan ini. "Bukan kehendakKu tetapi KehendakMu lah yang jadi," kataNya. Sebagaimana anak domba Paskah yang ditempatkan di depan umum selama empat hari, Yesuspun berdiri di hadapan bangsa Israel di Bait Allah selama empat hari sebelum Paskah, diperiksa oleh orang-orang Farisi. Dia diperiksa oleh para imam-imam kepala, tua-tua, Pilatus bahkan Herodes. Semua mereka yang memeriksa Dia, mendapati bahwa Ia tidak bersalah. Pilatus, pegawai kekaisaran Roma berteriak demikian, "Aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya." Pilatus bahkan mencuci tangannya tanda ia tak terlibat atau bersalah.
Mulai jam 12.00 siang hari penyaliban itu, langit sudah mulai gelap. Seluruh bumi dan alam semesta tampak berkabung. Bapa di Surga juga turut berkabung, melihat penderitaan AnakNya yang tergantung di kayu salib. Pada jam 3 sore itu, saat shofar ditiup, saat kepala keluarga menyembelih anak dombanya masing-masing, Bapa di surga pun mengorbankan Anaknya Yang Tunggal. Bahkan darah setetespun tidak tertinggal di tubuh Yesus pada saat kematianNya. Semua darah itu, menetes di setiap sudut Yerusalem.
Sampai di sini saya menjadi tidak tahan. Sepertinya saya sedang mengalami kejadian itu. Saat aku menuliskan pesan ini, langit juga agak gelap hujan yang sangat deras turun dan petir, guntur sambung menyambung. Aku menjerit. Aku menangis. O..betapa mahalnya harga yang Kau bayar bagiku Yesusku. Betapa besar pengorbananMu. Kau menebusku dengan Darah yang mahal. Oleh kuasa DarahMu kini aku disembuhkan, aku dipulihkan, aku diperdamaikan, aku diampuni dan diselamatkan dari kutuk dosa dan maut.
SOURCES
1. Alkitab.
2. Kemuliaan-Nya Dinyatakan. Sebuah Renungan. by. John Hagee.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar