a Note from me

Perkataan dapat menyebabkan keajaiban, tetapi juga dapat menyebabkan kesalahan besar. Apa yang kita katakan menentukan kedudukan kita. Jika kita memperkatakan kegagalan, kekalahan, kekuatiran, ketidakpercayaan maka itulah yang terjadi. Tetapi sebaliknya jika kita memperkatakan keberhasilan, kemenangan, kebahagiaan, maka itulah yang terjadi dalam hidup kita.
PIKIRKANLAH DAN PERKATAKANLAH.

Jumat, 20 April 2012

PANGGILAN UNTUK MENYEMBAH DAN BERDOA

Rasanya sudah lama tidak menyambangi blog saya ini. Kangen juga sih, tapi berhubung kesibukan yang memuncak, terpaksa deh Love Never Fails nya di anggurin sebentar. Hari ini berita terbarunya adalah, roh saya lagi menyala-nyala untuk Tuhan. Rasanya setiap saat ingin menyembah, bernyanyi dan berdoa. Panggilan untuk berdoa itu juga sangat kuat. Pernah suatu minggu pagi saat waktu berangkat ke gereja hampir tiba, aku hampir tidak bisa menghentikan doa saya. Air mata masih terus meleleh. Rasanya sangat ingin berlama-lama dalam hadirat Tuhan.


Yang saya rasakan hari-hari ini adalah bahwa Tuhan sangat mengasihi bangsa kita Indonesia. Meskipun saya pikir DIA juga sangat mengasihi bangsa lain, tetapi karena kita berada di Indonesia ya, kita hanya tau bahwa Tuhan juga sangat mengasihi Indonesia. Kasih Tuhan atas Indonesia itu tidak bisa ditawar. Sebab pada awalnya memang kita dipanggil untuk mendoakan wilayah kita sendiri. Seperti dalam Yeremia 29:7 yang berkata:


Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.


Jadi otomatis yang ada di doa kita pertama-tama adalah kota kita, bangsa kita, tempat pembuangan kita. Kita ini semua adalah orang buangan, pengungsi, ngontrak. Sebab asal kita sebenarnya dari sorga. Kita warga kerajaan sorga. Maka hidup di dunia ini ibaratnya kita sekedar menumpang. Pada saatnya kita akan kembali ke rumah kita di sorga. Maka pesan saya kali ini juga adalah, jangan terlalu mengikatkan diri dengan apa yang ada di dunia ini. Jangan terlalu betah untuk tinggal selamanya di dunia ini, sebab semuanya pada akhirnya akan kita tinggal. Kita tidak mau seperti istrinya Lot. Karena dia merasa sayang meninggalkan apa yang ada di belakangnya, maka dia tidak diselamatkan, menjadi tiang garam.


Dan sebagaimana nubuatan banyak hamba-hamba Tuhan, yang berkata bahwa Indonesia akan dilawat Tuhan luar biasa. Melebihi apa yang telah DIA lakukan atas Korea dan atas China. Indonesia, negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, salah satu negara yang sangat besar jumlah penduduknya. Dan bahkan dikatakan Gelombang Allah yang besar akan berada dan segera melanda Indonesia, baru setelah itu gelombang itu akan kembali ke Yerusalem.


Panggilan sebagai seorang pendoa memang agak berat. Karena kita dituntut untuk continue, berkesinambungan, terus menerus, berdoa bagi kota dan bangsa kita. Banyak hal yang harus dilakukan, mulai dari doa puasa, doa keliling, doa harian pribadi, doa korporat dengan komunitas kita, bahkan sampai panggilan untuk berkumpul, berdoa dalam kelompok yang lebih luas lagi. Jikalau bukan beban yang Tuhan taruh di hati kita, niscaya kita hanya sekedar melakukannya saja, tanpa ada beban yang khusus.


Hari-hari ini saya sedang belajar menjawab panggilan ini. Dimulai dengan doa seorang hamba Tuhan pada waktu lalu, yang memanggil orang-orang untuk mulai mengasihi bangsa yang dikasihi Tuhan ini. Hati saya lalu tergerak untuk terlibat lebih dalam lagi. Dan saya merasakan hati Tuhan yang ada di hati hamba Tuhan tersebut, mulai transfer sedikit ke hati saya, sehingga kemudian saya sadari bahwa saya bisa menangis apabila mulai mengingat akan bangsa ini. Saya mulai minta ampun akan kesalahan bangsaku, saya juga mengerang pada Tuhan supaya memperdamaikan bangsaku dengan darahNYA. Dan bahkan mulai menarik kaki Tuhan supaya dijejakkan di tanah yang kukasihi ini.


Hari ini saya juga diingatkan supaya seperti Maria yang mengurapi kaki Tuhan Yesus, 6 hari menjelang kematianNYA. Yohanes 12:1-7 menceritakannya bagi kita.



 Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus.Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.


Bagi kebiasaan orang Yahudi, seorang yang meninggal harus diurapi dahulu dengan minyak pengurapan baru dikuburkan. Tetapi dalam kasus kematian Tuhan Yesus kemungkinan tidak seorangpun yang akan sempat untuk mengurapi Yesus. Tidak terpikirkan sama sekali, mengingat waktu yang sangat terburu-buru, karena pada hari Jumat sore itu, orang Yahudi sudah memasuki hari sabat. Maria mengambil kesempatan itu, meskipun dia tidak mengetahui kapan persisnya kematian Yesus. Tetapi karena Maria sangat mengasihi Yesus, maka ia tau apa yang diinginkan Yesus saat itu. "Mengingat hari penguburan-KU" kata Yesus di ayat 7, atau Matius 26:12,  "Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku." Alangkah indahnya kesempatan itu. Maria memberikan minyak wangi yang termahal dalam waktu yang terbaik dan tepat. Dan Yesus sangat disukakan oleh tindakan Maria tersebut.

Menjelang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua, saya pribadi sangat ingin mengambil kesempatan itu. Entah kenapa saat-saat saya berdoa dengan persekutuan doa wanita saya, sering saya merasakan bahwa saat yang kami pakai untuk menyembah Tuhan Yesus, itu seperti saat-saat Maria mengurapi Yesus. Kami mengurapi Yesus dengan air mata kami. Mengurapi Yesus dengan kasih kami. Mengurapi Yesus dengan doa-doa kami bagi kota kami atau bagi bangsa kami atau bahkan bagi jiwa-jiwa. Dan saya tau Tuhan sangat disenangkan oleh apa yang kami sedang lakukan itu. Kami mungkin tidak bisa seperti para Penginjil,  Pengkotbah yang memberitakan Injil sampai ke pelosok-pelosok negeri. Kami hanya ibu-ibu rumah tangga yang mengurusi anak-anak dan suami. Yang bisa kami berikan adalah waktu kami berdiam di hadiratNYA, menyembahNYA dan berdoa. Pemberian kami kepada Yesus Kristus adalah hati kami yang membara karena cinta.


Mungkinkah Tuhan Yesus akan segera datang, karena tidak tahan melihat tangisan para mempelai-mempelaiNYA? Mungkinkah jika lebih banyak dan lebih banyak lagi orang-orang melakukan doa-doa akan mempercepat kedatangan Tuhan Yesus?

Doaku adalah...MARANATHA...TUHAN YESUS DATANGLAH SEGERA.




“A gift is never really a gift when we can easily afford it; a gift truly becomes a gift when there is sacri­fice behind it, and when we give far more than we can afford” (Suatu pemberian tidak pernah betul-betul merupakan suatu pemberian kalau kita dapat mengusahakannya dengan mudah; suatu pemberian betul-betul adalah suatu pemberian kalau ada pengorbanan dibalik pemberian itu, dan kalau kita memberikan jauh lebih banyak dari kemampuan kita)


Cinta sejati selalu berarti:
 kesadaran menyiapkan secara khusus
 pemberian yang terindah, terbaik dan paling berharga;
mempersembahkan yang maksimal bukan yang minimal.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar