Dalam beberapa hari ini saya banyak belajar tentang hal-hal yang di luar dugaan saya. Saya banyak melihat pelajaran-pelajaran berharga yang membuat mataku terbuka. Saya akan menceritakan sedikit kisah nyata dari kehidupan seseorang, katakanlah namanya Rheina.
Ibu Rheina ini seorang ibu rumah tangga, mempunyai seorang suami dan seorang anak laki-laki berumur 14 tahun yang sangat dia kasihi. Kehidupan mereka sangat bahagia dan mereka adalah keluarga yang sangat mencintai Tuhan. Tiba-tiba badai mulai menerpa kehidupan mereka. Pekerjaan suami nya mulai tergoncang. Mereka akhirnya pindah ke luar kota Jakarta dan mengontrak rumah yang sederhana. Tidak berapa lama akhirnya suaminya meninggal karena sakit jantung. 6 bulan kemudian setelah suaminya meninggal, Ibu Rheina didiagnosa oleh dokter mengidap kanker usus. Karena keuangan mereka terbatas, pengobatan untuk penyakit kanker ini tidak dilanjutkan, hanya sekedar mengkonsumsi obat-obat tradisional dan menjaga makanan saja. Ketika sedang merasakan sakit yang tak tertahankan , baru ibu ini dibawa ke dokter dan dirawat beberapa hari.
Sementara ditengah-tengah sakit yang diderita ibu ini, ia tetap melanjutkan hidupnya dan menyekolahkan anaknya dari belaskasihan saudara, keluarga, teman-teman gereja, tetangga dan kenalan lain. Teman-teman gereja dan persekutuan seringkali datang mengunjungi, mendoakan, menguatkan, menyediakan dan menolong ibu Rheina ini. Tetapi malang tak dapat ditolak, keadaan ibu ini tidak membaik, setahun kemudian, akhirnya diapun meninggal dengan keadaan yang sangat menyedihkan sekali, sangat kurus karena digerogoti penyakit kanker ganas yang dideritanya.
Ketika mendoakan dan menyerahkan ibu Rheina ini di jam-jam terakhir hidupnya, saya bertanya kepada Tuhan kenapa Ibu ini mengalami hal yang sangat mengenaskan ini? Jujur saya tidak tahan melihatnya. Sebenarnya Tuhan memang berdaulat melakukan apa saja kepada ciptaan-Nya. Tetapi mengapa begitu menyedihkan? Sepertinya tidak ada pertolongan. Saya melihat sebenarnya dia sangat berat melepaskan anaknya, yang sepeninggal dia, akhirnya anaknya akan sebatang kara. Sepertinya dia sedang berkata, "Apakah tidak ada cara lain, Tuhan?"
Akhirnya dengan lembut kami menaikkan pujian ini kepada Tuhan:
Dan Tiba-tiba Tuhan mulai memberikan pengertian yang baru dalam roh saya. "Bukan kah Aku yang menyediakan pertolongan baginya? Bukankah AKU yang menggerakkan orang-orang supaya memberikan uang, tenaga, pikiran, waktu bagi dia? AKU bahkan mengajari dia dan orang-orang supaya sabar, tekun dan percaya akan janji-janjiKU, tetap mengucap syukur ketika berbeban berat, ketika menanggung sakit yang tak kunjung sembuh. Tetap mau mengasihi dan melayani, meski keadaan tidak membaik...
Thank You banget Tuhan Yesus...
Dan kemudian saya melihat keadaan anaknya, inipun satu pelajaran yang sangat luar biasa bagi saya. Anaknya bisa bertahan dalam dua tahun ini menghadapi situasi yang seperti ini. Keluarga besarnya tidak banyak yang perduli. Meski dia berharap dari belas kasihan orang-orang, tidak sekalipun dari mulutnya untuk meminta-minta. Dia yang menolong mengganti pampers mamanya, memasak makanan dan menyuapi mamanya. Ketika mamanya meninggal, dia yang masih duduk di kelas 10, terlihat tegar dengan senyuman yang sangat ramah dan manis sambil berkata "Ini yang terbaik buat mama saya." Lalu dengan kedewasaannya ia mengatur semua proses mulai dari memanggil ambulans, ke rumah sakit, hingga ke rumah duka. Diapun mengurus semua surat-surat dari kelurahan yang diperlukan, bahkan memutuskan untuk memilih peti jenazah yang terbaik buat mamanya, memilihkan baju yang dipakai mamanya sampai ke pemakaman tempat peristirahatan terakhir mamanya.
Kalau saya melihat diri saya, dan melihat anak-anak saya, ketika diperhadapkan dengan keadaan yang seperti itu, apakah mereka akan bisa melakukan sebaik yang anak ini lakukan kepada mamanya? Saya sangat meragukan mereka bisa. Tetapi kembali Tuhan ingatkan di 1 Korintus 10:13,
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."
Saya tau Tuhan punya kedaulatan penuh kepada semua orang. Dan anak ibu Rheina ini adalah orang yang sudah dipersiapkan Tuhan untuk menanggung perkara-perkara yang seperti ini, yang akan membuat dia menjadi orang yang tangguh dan tahan uji di hari-hari selanjutnya. Yang menjadikan dia pribadi yang spesial di mata Tuhan.
Dan kalian tau nggak, saya mendengar orang-orang kemudian menawarkan untuk mengangkat anak, atau menampung dia dan menyekolahkan dia... Wow dahsyat banget Tuhan Yesus yang kita sembah bukan??
Praise The Lord.
Dedicated to Samuel.. :)
Ibu Rheina ini seorang ibu rumah tangga, mempunyai seorang suami dan seorang anak laki-laki berumur 14 tahun yang sangat dia kasihi. Kehidupan mereka sangat bahagia dan mereka adalah keluarga yang sangat mencintai Tuhan. Tiba-tiba badai mulai menerpa kehidupan mereka. Pekerjaan suami nya mulai tergoncang. Mereka akhirnya pindah ke luar kota Jakarta dan mengontrak rumah yang sederhana. Tidak berapa lama akhirnya suaminya meninggal karena sakit jantung. 6 bulan kemudian setelah suaminya meninggal, Ibu Rheina didiagnosa oleh dokter mengidap kanker usus. Karena keuangan mereka terbatas, pengobatan untuk penyakit kanker ini tidak dilanjutkan, hanya sekedar mengkonsumsi obat-obat tradisional dan menjaga makanan saja. Ketika sedang merasakan sakit yang tak tertahankan , baru ibu ini dibawa ke dokter dan dirawat beberapa hari.
Sementara ditengah-tengah sakit yang diderita ibu ini, ia tetap melanjutkan hidupnya dan menyekolahkan anaknya dari belaskasihan saudara, keluarga, teman-teman gereja, tetangga dan kenalan lain. Teman-teman gereja dan persekutuan seringkali datang mengunjungi, mendoakan, menguatkan, menyediakan dan menolong ibu Rheina ini. Tetapi malang tak dapat ditolak, keadaan ibu ini tidak membaik, setahun kemudian, akhirnya diapun meninggal dengan keadaan yang sangat menyedihkan sekali, sangat kurus karena digerogoti penyakit kanker ganas yang dideritanya.
Ketika mendoakan dan menyerahkan ibu Rheina ini di jam-jam terakhir hidupnya, saya bertanya kepada Tuhan kenapa Ibu ini mengalami hal yang sangat mengenaskan ini? Jujur saya tidak tahan melihatnya. Sebenarnya Tuhan memang berdaulat melakukan apa saja kepada ciptaan-Nya. Tetapi mengapa begitu menyedihkan? Sepertinya tidak ada pertolongan. Saya melihat sebenarnya dia sangat berat melepaskan anaknya, yang sepeninggal dia, akhirnya anaknya akan sebatang kara. Sepertinya dia sedang berkata, "Apakah tidak ada cara lain, Tuhan?"
Akhirnya dengan lembut kami menaikkan pujian ini kepada Tuhan:
-
Berserah kepada Yesus
tubuh, roh, dan jiwaku;
Hanya ini yang kurindu menyenangkan hatiMU
Aku berserah, aku berserah; -
Berserah kepada Yesus
di kakiNya ‘ku sujud.
Nikmat dunia kutinggalkan;
Tuhan, t’rima anakMU
Pada Yesus, Jurus’lamat,
aku berserah!
Dan Tiba-tiba Tuhan mulai memberikan pengertian yang baru dalam roh saya. "Bukan kah Aku yang menyediakan pertolongan baginya? Bukankah AKU yang menggerakkan orang-orang supaya memberikan uang, tenaga, pikiran, waktu bagi dia? AKU bahkan mengajari dia dan orang-orang supaya sabar, tekun dan percaya akan janji-janjiKU, tetap mengucap syukur ketika berbeban berat, ketika menanggung sakit yang tak kunjung sembuh. Tetap mau mengasihi dan melayani, meski keadaan tidak membaik...
Thank You banget Tuhan Yesus...
Dan kemudian saya melihat keadaan anaknya, inipun satu pelajaran yang sangat luar biasa bagi saya. Anaknya bisa bertahan dalam dua tahun ini menghadapi situasi yang seperti ini. Keluarga besarnya tidak banyak yang perduli. Meski dia berharap dari belas kasihan orang-orang, tidak sekalipun dari mulutnya untuk meminta-minta. Dia yang menolong mengganti pampers mamanya, memasak makanan dan menyuapi mamanya. Ketika mamanya meninggal, dia yang masih duduk di kelas 10, terlihat tegar dengan senyuman yang sangat ramah dan manis sambil berkata "Ini yang terbaik buat mama saya." Lalu dengan kedewasaannya ia mengatur semua proses mulai dari memanggil ambulans, ke rumah sakit, hingga ke rumah duka. Diapun mengurus semua surat-surat dari kelurahan yang diperlukan, bahkan memutuskan untuk memilih peti jenazah yang terbaik buat mamanya, memilihkan baju yang dipakai mamanya sampai ke pemakaman tempat peristirahatan terakhir mamanya.
Kalau saya melihat diri saya, dan melihat anak-anak saya, ketika diperhadapkan dengan keadaan yang seperti itu, apakah mereka akan bisa melakukan sebaik yang anak ini lakukan kepada mamanya? Saya sangat meragukan mereka bisa. Tetapi kembali Tuhan ingatkan di 1 Korintus 10:13,
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."
Saya tau Tuhan punya kedaulatan penuh kepada semua orang. Dan anak ibu Rheina ini adalah orang yang sudah dipersiapkan Tuhan untuk menanggung perkara-perkara yang seperti ini, yang akan membuat dia menjadi orang yang tangguh dan tahan uji di hari-hari selanjutnya. Yang menjadikan dia pribadi yang spesial di mata Tuhan.
Dan kalian tau nggak, saya mendengar orang-orang kemudian menawarkan untuk mengangkat anak, atau menampung dia dan menyekolahkan dia... Wow dahsyat banget Tuhan Yesus yang kita sembah bukan??
Praise The Lord.
Dedicated to Samuel.. :)